Apa sih dental fear, dental anxiety, dan dental phobia ?
Sebenarnya, kesamaan di antara ketiga istilah tersebut adalah rasa takut itu sendiri. Kata ‘takut’ seringkali dipakai orang untuk mengekspresikan perasaannya terhadap dokter gigi. Kata ‘takut’ merupakan satu kosakata umum mengenai perasaan seseorang, namun memiliki intensitas yang berbeda-beda di antara masing-masing orang. Ketakutan, kecemasan dan fobia terhadap dokter gigi (dental fear, dental anxiety, dental phobia) masing-masing memiliki karakteristik yang membedakan antara istilah yang satu dengan yang lainnya.
Perasaan takut merupakan respon seseorang terhadap sesuatu yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman atau bahaya bagi dirinya yang sedang dihadapi. Respon dari perasaan takut ini terdiri dari 3 (tiga) komponen yang saling berhubungan :
- Kondisi pikiran yang tidak nyaman / tidak menyenangkan, seperti perasaan bahwa sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi.
- Tanda-tanda perubahan fisiologis, hal ini erat kaitannya dengan aktivasi sistem saraf simpatis dari sistem saraf otonom (rasa takut dengan intensitas yang tinggi menghasilkan respon peningkatan denyut jantung / takikardia, jantung terasa berdebar, berkeringat secara berlebihan, tangan dan kaki menjadi dingin, napas menjadi cepat dan pendek-pendek, ketegangan otot-otot, gangguan pencernaan, dan tanda-tanda psikogenik lainnya).
- Tanda-tanda perubahan perilaku yang tidak normal, seperti tubuh, tangan, atau kaki gemetar, bibir bergetar, dan perilaku seolah-olah ingin menghindari atau lari dari sesuatu yang dipersepsikan sebagai ancaman atau bahaya tersebut.
Kapan sih seseorang dikatakan mengalami dental fear, atau dental anxiety, atau dental phobia?
Seseorang dikatakan mengalami dental fear jika perasaan takut baru muncul saat berhadapan dengan sesuatu yang ditakutkan dan pada umumnya mereka tetap memiliki kontrol penuh terhadap perasaan takut tersebut. Sebagai contoh, seseorang yang takut dengan jarum suntik karena mempunyai pengalaman sebelumnya yang kurang nyaman dengan suntikan, kemudian datang kembali untuk dilakukan pencabutan gigi. Saat datang dan duduk di kursi gigi dan dilakukan persiapan pencabutan gigi, pasien tersebut masih tenang. Namun saat melihat jarum suntik, baru sang pasien merasa takut, keringat dingin, tangan menjadi dingin, otot-otot wajah menegang, namun masih dapat mengontrol perasaan takutnya tersebut.
Sedangkan dental anxiety yaitu kecemasan, merupakan respon seseorang terhadap situasi-situasi di mana sesuatu yang dipersepsikan sebagai sumber ancaman atau bahaya tersebut tidak sedang dihadapi saat itu atau yang sifatnya tidak pasti / bias. Respon ini adalah normal, dan semua orang pasti pernah mengalaminya dalam kadar yang berbeda-beda secara personal. Sebagai contoh, seseorang yang sedang menikmati makan siangnya dengan nyaman tiba-tiba merasa kuatir, deg-deg-an, denyut jantung meningkat, bulu kuduk merinding, dan tubuh gemetaran karena memikirkan seandainya ia harus mengalami kesulitan makan karena pembengkakan dan trismus (sulit membuka mulut) sebagai akibat dari pencabutan gigi busuk yang terinfeksi. Ini disebut sebagai suatu pengalaman kecemasan.
Nah, bagaimana dengan dental phobia?
Phobia atau fobia adalah suatu bentuk ketakutan dengan intensitas yang sangat tinggi. Kata fobia berasal dari bahasa Latin “phobos” yang berarti lari, takut yang amat sangat, atau segala sesuatu yang menimbulkan panik dan rasa takut pada musuh. Fobia bisa diartikan sebagai “suatu bentuk perilaku takut yang amat sangat dan tidak lazim terhadap sesuatu hal atau objek tertentu, yang mana tidak pada tempatnya dan tak dapat dijelaskan”.
Fobia dapat juga diartikan sebagai suatu bentuk ketakutan yang tidak masuk akal terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Menurut The Diagnostic and Statistical Manual (DSM IV, 1994) of the American Psychiatric Association, fobia didefinisikan sebagai “…suatu rasa takut yang menetap dan selalu tampak jelas terlihat terhadap suatu objek atau situasi tertentu. Kontak dengan objek atau situasi tertentu yang ditakutkan tersebut hampir selalu menimbulkan respon kecemasan secara langsung / segera” (APA, 1994, p. 405).
Karakteristik dari seseorang yang mengalami fobia tertentu adalah pernyataan bahwa mereka tidak dapat menjelaskan perilaku mereka yang berada di luar kontrol saat mereka berkontak dengan objek atau situasi yang ditakutkan tersebut. Seseorang dengan intensitas fobia yang sangat tinggi dapat memicu reaksi fisiologis tubuh yang secara negatif mempengaruhi kegiatan sehari-hari orang tersebut. Fobia menjadikan seseorang penuh dengan rasa malu dan tak berdaya, melulu diliputi perasaan tidak aman, dan berupaya terus menerus untuk menghindar dari hal-hal yang ditakutinya, menjadikan mereka seorang yang jago ‘ngeles’ membuat alasan-alasan seperti : tiba-tiba kurang enak badan, tiba-tiba mobil mogok, tiba-tiba badan panas dingin, dan beribu alasan kreatif lain semata-mata demi satu tujuan : untuk menghindari sumber ketakutan itu sendiri.
Seseorang dengan fobia terhadap dokter gigi dan segala macam perawatan gigi akan berupaya sebisa mungkin menghindari pergi ke dokter gigi sampai timbul masalah dengan gigi-geliginya atau jika hal fobianya berhasil disembuhkan.
Hampir semua fobia sebetulnya mengalami proses pembelajaran pada saat pembentukannya. Akar permasalahan rasa takut pada fobia umumnya terbentuk sejak kecil dan seringkali tidak disadari oleh pikiran sadar manusia. Ketika seseorang belajar takut pada hal tertentu, ia cenderung takut pada hal serupa atau hal yang kira-kira mirip atau ada hubungannya dengan hal sebelumnya. Sebagai contoh : Ibu Ani di masa kecil pernah mengalami kejadian yang membuatnya trauma dengan ujung paruh ayam, dan ketakutannya di masa dewasa berkembang menjadi ketakutan terhadap segala sesuatu yang tajam, termasuk alat-alat perawatan gigi yang tampak tajam menurut persepsi Ibu Ani, yang dipersepsikan oleh pikiran Ibu Ani sebagai hal yang membahayakan bagi dirinya. Stimulus yang mirip pada kejadian traumatik sebelumnya dapat mengembangkan respon ketakutan yang lebih besar di kemudian hari. Jika stimulus tersebut cukup menakutkan, misalnya pernah mengalami perdarahan yang berlebihan saat vaksinasi di tangan, maka individu tersebut mungkin dapat mengembangkan ketakutan pada semua bentuk suntikan.
Nah, bagaimana dengan Anda ?
Drg. Mia Gracia CCH
Dentist
Certified Clinical Hypnotherapist of Adi W. Gunawan Institut of Mind Technology
Author of the book “Hypnosis in Dentistry”